2.1
Peran dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan
Menurut Fred Weston, dkk (Manajemen
Keuangan. Edisi Kedelapan. 1994:
3), pengertian manajemen keuangan dapat
dirumuskan oleh fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan. Meskipun fungsi
dan tanggung jawab manajer keuangan berbeda-beda disetiap organisasi, fungsi
pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut keputusan tentang penanaman
modal, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan.
Arus dana yang terjadi dalam kegiatan oprasi perusahaan harus terus dipantau.
Pihak sumber keuangan akan menerima imbalan dalam bentuk hasil pengembalian,
pembayaran kembali, produk dan jasa. Semua organisasi baik perusahaan bisnis, unit
pelayanan masyarakat, badan sosial seperti palang merah maupun organisasi
nirlaba seperti museum dan lembaga kesenian, harus menjalankan fungsi manajemen
keuangan. Dengan
demikian tugas pokok manajer keuangan adalah merencanakan untuk menperoleh dana
dan menggunakan dana tersebut untuk memaksimisasi nilai perusahaan.
Menurut Erlina (Manajemen
Keuangan. 2011 : 1),
manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari
investasi pada berbagai aktiva dan memilih sumber-sumber dana untuk membelanjai
aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya
dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari
pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.
Pendapat Erlina, selaras dengan pendapat Bagus Wiksuana, dkk
(Manajemen Keuangan.
2001:13) yang menyatakan bahwa:
“Manajemen
keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan
pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha
pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Mereka yang melaksanakan kegiatan
tersebut sering disebut sebagai
manajer keuangan. Fungsi seorang manajer keuangan pada setiap organisasi pada prinsipnya sama, yaitu meliputi :
pengambilan keputusan pembelanjaan, pengambilan keputusan investasi, dan
kebijakan deviden.”
Ketiga peran atau tugas pokok manajer keuangan akan
dijelaskan dibawah ini:
a. Keputusan
Pembelanjaan
Fungsi pertama, manajer
keuangan berfungsi sebagai pengambil keputusan atau pembiyaan investasi.
Keputusan pembelanjaaan menjawab berbagai pertanyaan penting seperti bagaimana
memperoleh kebutuhan dana untuk investasi yang efisien?, bagaimana komposisi sumber optimal yang harus dipertahankan?,
apakah perusahaansebaiknya menggunakan modal asing ataukah modal sendiri?,
adakah pengaruh keputusan pembelanjaan perusahaan terhadap nilai
perusahaan?, serta bagaimanakah bentuk
insentif terbaik untuk untuk
meningkatkan insentif manajmen. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya
peran manajer keuangan dalam pemenuhan
kebutuhan dana untuk pembiayaan investasi akan semakin kompleks dalam
kondisi globalisasi pasar modal karena
pengumpulan dana tidak lagi terbatas
dalam satu Negara tetapi terbuka kesempatan untuk menarik dana dari investor
asing. Tanggung jawab manajer keuangan disini menentukan perimbangan yang
optimal setiap hutang yang digunakan perusahaan.
b.
Pengambilan Keputusan Investasi
Fungsi kedua menyangkut tentang alokasi dana baik dana berasal
dari dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada
berbagai bentuk investasi. Secara garis besar keputusan investasi dapat
dikelompokkan kedalam investasi jangka pendek seperti, kas, persediaan,
piutang, surat berharga, dan investasi jangka panjang dalam bentuk gedung, peralatan produksi,
tanah, kendaraan, dan aktiva tetap lainya. Tanggung jawab manajer keuangan
disini menentukan perimbangan yang optimal setiap jenis asset perusahaan.
c.
Kebijakan Deviden
Fungsi
ketiga menyangkut pengambilan keputusan dividen (dividend decision) atau
dividen policy, yang menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba
yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham,
stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali
saham-saham. Selain hal tersebut juga ditentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan
seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas dan
pembelian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembelanjaan investasi di masa depan. Apabila manajer keuangan memutuskan untuk membagikan laba untuk
membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk deviden, maka ketergantungan
terhadap sumber dana eksternal menjadi semakin besar. Sebaliknya apabila
manajer keuangan memandang bahwa perusahaan
telah memiliki financial leverage
yang tidak menguntungkan, maka sebaiknya laba yang diperoleh ditahan untuk
memperbaiki struktur modal perusahaan.
Tanggung jawab manajer keuangan disini menentukan perimbangan yang optimal
mengenai kebijakan deviden perusahaan.
Secara sistematis, fungsi manajer
keuangan bias digambarkan sebagai berikut: Gambar
2.1
Kegiatan-kegiatan Utama Manajer
Keuangan
Sumber: Bagus
Wiksuana, dkk (Manajemen
Keuangan, 2001:17).
Dari gambar 2.1, terlihat bahwa
manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial market (lihat panah 1). Pasar
keuangan bisa terjadi di sektor formal (dengan lembaga-lembaga seperti
perbankan, asuransi, bursa efek, sewa guna dan lain sebagainya), bisa pula
terjadi di sektor informal (dengan lembaga-lembaga seperti arisan, rentenir,
ijon, kumpulan simpan pinjam, dan
sebagainya). Kegiatan manajer keuangan pada panah 1 disebut keputusan
pembelanjaan atau pembiayaan investasi.
Dana yang diperoleh kemudian
diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan
perusahaan (lihat panah 2). Kegiatan perusahaan ini mengakibatkan perusahaan
memiliki aktiva riil baik investasi jangka pendek seperti kas, persediaan,
piutang, dan surat berharga maupun investasi jangka panjang dalam bentuk gedung,
peralatan produksi, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya. Kegiatan manajer
pada panah 2 disebut dengan keputusan investasi.
Dari kegiatan investasi, perusahaan
mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya.
Dengan kata lain, diharapkan diperoleh laba (lihat panah 3), laba yang
diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan),
yaitu panah 4a, atau diinvestasikan kembali ke perusahaan (anak panah 4b). Kegiatan pada panah 4a dan
4b disebut dengan kebijakan dividen.
Kegiatan penting lain juga diungkapkan oleh
Fred Weston,dkk ( Manajemen
Keuangan. Edisi Kedelapan, 1994:
3) mengenai empat aspek yang harus
diperhatikan oleh manajer, yakni:
1) Aspek
yang pertama yaitu dalam perencanaan dan prakiraan, dimana manajer
keuangan harus bekerjasama dengan para
manajer lainnya yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2) Aspek
yang kedua, manajer keuangan harus memusatkan
perhatian pada berbagai keputusan
investasi dan pembiayaannya, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Perusahaan yang berhasil biasanya mengalami laju pertumbuhan penjualan yang
tinggi dan memerlukan dukungan penambahan investasi. Para manajer keuangan
perlu menentukan laju pertumbuhan
penjualan yang sebaiknya dicapai dan membuat prioritas alternative infestasi
yang tersedia. Keputusan yang menyangkut investasi menentukan sumber dan bentuk
dana untuk pembiyaan investasi, apakah dana berasal dari sumber internal atau
eksternal, hutang atau dana pemegang saham/pemilik dan pembiayaan jangka pendek
atau jangka panjang.
3) Aspek
yang ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lainnya diperusahaan agar
perusahaan dapat beroprasi seefisien mungkin. Semua keputusan bisnis menyangkut
implikasi keuangan, dan semua manajer baik manajer keuangan maupun manajer
bukan keuangan perlu mempertimbangan aspek keuangan tersebut. Misalnya saja
keputusan dibidang pemasaran berpengaruh pada pertumbuhan penjualan penjualan
dan akibatnya berpengaruh pada perubahan kebutuhan investasi. Perubahan
investasi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap (atau bagaimana investasi dipengaruhi oleh) tersedianyan dana,
kebijakan persediaan, penggunaaan kapasitas mesin dan lain sebagainya.
4) Aspek
yang keempat menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal
Dari empat aspek tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan adalah berkaitan dengan
keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan
fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan
Pendapat yang berbeda juga
diungkapkan oleh Fuad, dkk (Pengantar
Bisnis, 2006:167) mengenai peran dan tanggung jawab manajer keuangan yakni:
a)
Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
Seluruh
proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pengeluaran
dana yang jangka waktu pengambilannya melebihi satu tahun disebut “Capital
Budgeting” (Penganggaran Modal). Batas atau satu tahun tidaklah mutlak.
Termasuk dalam kategori pengeluaran dana ini adalah pengeluaran dana untuk
pengembalian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan peralatan
lainnya.
Menurut
Fuad (2006), penganggaran modal memiliki arti yang sangat penting karena:
1. Dana
yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang, sama artinya
perusahaan harus menunggu dalam jangka waktu yang panjang sampai keseluruhan
dana yang tertanam dapat diperoleh kembali. Tentu saja keadaan ini akan
mempengaruhi penyediaan dana untuk keperluan lainnya.
2. Investasi
dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di masa yang
akan datang. Kesalahan dalam membuat perkiraan akan mengakibatkan adanya over atau Underinvestment dalam aktiva tetap.
3. Pengeluaran
dana untuk pengeluaran tersebut pada umumnya melibatkan jumlah yang sangat
besar, yang mungkin tidak dapat diperoleh dalam jangka pendek.
b)
Penggolongan investasi aktiva tetap dan pemilihan alternatif.
Tersedia
berbagai cara penggolongan usulan investasi dalam aktiva tetap, seperti :
a. Investasi
penggantian
Pada umumnya, kepurtusan mengenai
investasi penggantian adalah yang paling sederhana. Dalam hal ini suatu aktiva
yang sudah aus (wear_out) atau usang
(absolute) harus diganti dengan
aktiva baru bila produksi akan tetap dilanjutkan.
b. Investasi
penambahan kapasitas
Misalnya unsur penambahan jumlah mesin
atau pembukaan pabrik baru. Investasi ini sering juga bersifat investasi
pengganti, contohnya mesin yang sudah tua dan tidak efisien akan diganti dengan
mesin baru yang lebih besar kapasitasnya dan lebih efisien.
c. Investasi
penambahan jenis produk baru
Investasi ini mempunyai tingkat
ketidakpastian yang besar karena menyangkut produk baru disamping produk yang
telah diproduksi.
d. Investasi
lain-lain
Investasi yang termasuk dalam golongan ini adalah
usulan investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan di atas, misalnya
investasi untuk pemasangan alat pemanas, alat pendingin dan lain-lain.
c) Metode Penilaian Investasi
Untuk mengevaluasi dan
menilai peng-anggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu proyek,
dapat digunakan beberapa metode sebagai pertimbangan proses pengambilan
keputusan investasi. Metode-metode tersebut yakni:
1. Metode Payback
Period
Payback
Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
biaya investasi yang ditanamkan pada suatu proyek. Karena itu satuan hasilnya
adalah waktu (tahun atau bulan). Kalau periode payback suatu usulan investasi
lebih pendek dari yang disyaratkan maka usulan investasi (proyek) dinyatakan
diterima, bila sebaliknya investasi ditolak.
2. Metode Net
Present Value (NPV)
Metode net Present value (NPV) merupakan metode atau teknik yang paling
baik dalam mengetahui gambaran profitabilitas suatu proyek, karena metode ini
memperhitungkan nilai waktu dari uang,. Metode ini menghitung selisih antara
penerimaan nilai uang sekarang dengan nilai investasi yang ditanamkan. Dalam
studi kelayakan proyek, yang dimaksud dengan nilai saat ini, adalah nilai
pada saat proyek selesai dibangun.
NPV = Present
Value cash inflow - initial investment
Kriteria keputusan menggunakan NPV jika NPV
> 0, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan jika NPV < 0, maka
investasi tidak layak untuk dilaksanakan, dan jika NPV > 0, perusahaan akan
menerima pendapatan yang lebih besar dari cost
of capital, sehingga merupakan keuntungan bagi perusahaan.
3. Metode Profitability
Index (PI)
Metode Profitability Index (PI) ini merupakan
metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan NPV. Artinya, apabila proyek
investasi diterima dengan menggunakan metode NPV maka akan diterima pula jika
dihitung menggunakan metode Profitability
Index (PI).
Formula metode ini:
PI = Total
PV dari Proceeds
investasi
Kriteria keputusan
menggunakan PI jika PI > 1, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan jika
PI < 1, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
4.
Metode Accounting Rate of Return (ARR)
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata
yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah averrage earning after tax yang dicapai
perusahaan selama umur ekonomis dibandingkan dengan total atau averrage investment. Hasil yang
diperoleh dinyatakan dalam prosentase. Angka ini kemudian dibandingkan dengan
tingkat keuntungan yang disyaratkan, Apabila lebih besar dari pada tingkat
keuntungan yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, apabila lebih
kecil dari pada tingkat keuntungan yang dsaratkan proyek ditolak.
Kelebihan dari metode ini
adalah :
a. Sederhana dan mudah dimengerti
b. Metode ini menggunakan
data akuntansi yang sedah tersedia sehingga tidak memerlukan perhitungan
tambahan (Fuad,2006).
Kelemahan
utama dari metode ini adalah :
a. Tidak memperhitungkan ”time value of money”
b. Menitik beratkan pada laba
akuntansi dan bukan pada arus kas dari investasi bersangkutan
c. Merupakan pendekatan
jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang dapat menyesatkan
d. Kurang memperhitungkan
jangka waktu investasi (Fuad, 2006)
5.
Metode Internal Rate or Return (IRR)
Metode Internal Rate of
Return (IRR) ini menggambarkan profitabilitas suatu proyek yang dinyatakan
dalam persentase. Internal Rate of return
(IRR) adalah cara mengevaluasi profitabilitas rencana investasi proyek kedua,
yang mempergunakan nilai waktu dari uang. IRR adalah discount rate yang apabila dipergunakan untuk mendiskonto seluruh nett cash flow, akan menghasilkan jumlah
present value yang sama dengan nilai
investasi proyek. Perhitungan IRR dilakukan pada NPV = 0 dimana nilai sekarang
penerimaan sama dengan nilai investasi yang ditanamkan.
Kriteria keputusan dengan
menggunakan metode IRR ini adalah jika nilai IRR > bunga modalnya (rate of capital), maka proyek layak
untuk dilaksanakan dan investasi akan mendapatkan surplus setelah pembayaran
kewajiban (mengembalikan modal + bunga). Jika nilai IRR < bunga modalnya,
maka proyek tidak dapat dilaksanakan.
Kemudian mengenai tanggung
jawab manajer keungan itu sendiri dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1.
Manajer keuangan harus bekerjasama
dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum
perusahaan.
2.
Manajer kuangan harus memusatkan
perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, dan berbagai hal
yang berkaitan dengannya.
3.
Manajer keuangan harus bekerjasama
dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien
mungkin.
4.
Manajer keuangan harus mampu menghubungkan
perusahaan dengan pasar keuangan, dimana perusahaan dapat memperoleh dana dan
surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan
5. Manajer
keuangan harus menentukan perimbangan yang optimal setiap hutang yang digunakan
perusahaan, setiap jenis asset perusahaan, dan kebijakan deviden perusahaan (Bagus Wiksuana, dkk:2001).
6. Manager
keuangan juga bertanggung jawab dalam memutuskan jangka waktu kredit bagi
konsumen, berapa banyak kas dan persediaan yang harus disimpan, apakah untuk
mengakuisisi perusahaan lainnya (analisis merger), dan berapa besarnya laba
ditahan serta deviden yang harus dibayarkan perusahaan (Eugene F. Brigham dan
Joel F. Houston, 2001).
2.2 Konsep Dasar Manajemen Keuangan
2.2.1
Tujuan Perusahaan
Menurut
Martono dan Agus Harjito, (Manajemen
Keuangan, 2008:2) menguraikan tujuan perusahaan yaitu untuk mencapai
keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya dengan meminimalkan biaya
yang harus dikeluarkan atau bisa juga tujuan perusahaan dikatakan untuk
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham dengan memaksimalkan
nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Sebenarnya tiap perusahaan
memiliki tujuan perusahaan yang sama,hanya saja penekanan yang ingin dicapainya
berbeda antara tujuan yang satu dengan yang lainnya.
Pendapat lain ada yang menyatakan
bahwa tujuan perusahaan adalah mencapai laba sebesar-besarnya atau mencapai
laba maksimal mengandung konsep bahwa perusahaan harus melakukan kegiatannya secara
efektif dan efisien. Efektif berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai,
sedangkan efisien berkenaan dengan biaya
yang seminimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep laba merupakan
konsep yang menghubungkan antara pendapatan atau penghasilan yang diperoleh
oleh perusahaan disatu pihak, dan biaya yang harus dikeluarkan di pihak lain.
Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan. Disisi lain
perusahaan menekankan biaya sekecil mungkin sehingga konsep efisiensi tercapai.
Jika pendapatan diperoleh secara maksimal dan biaya yang dikeluarkan seminimal
mungkin, maka akan tercapai laba yang maksimal.
Berkaitan mengenai tujuan
perusahaan itu sendiri, Martono dan Agus Harjito (Manajemen Keuangan, 2008:3) menjabarkan ada 3 macam tujuan perusahaan, yakni :
1. Mencapai
atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan.
2. Menjaga
kelangsungan hidup perusahaan (going
concern).
3. Mencapai
kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab social perusahaan.
2.2.2
Pengertian
Manajemen keuangan (Financial Management)
Menurut
Martono dan Agus Harjito (Manajemen
Keuangan, 2008:4), menguraikan pengertian manajemen keuangan (Financial Management), atau dalam
literature lain disebut pembelanjaan, yakni segala aktifitas perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola
asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Selain itu menurut Bagus
Wiksuana, dkk (Manajemen Keuangan, 2001),
manajemen keuangan dapat diartikan
sebagai manajmen dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun
usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.
Pendapat
lain mengenai pengertian manajemen keuangan, menurut Organisasi. Org Komunitas
dan Keputusan Online Indonesia (Definisi
/ Pengertian Manajemen Keuangan, Tugas Pokok Dan Tujuan Manajer Keuangan
Perusahaan, 2008), yakni suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Penjelasan singkat
masing-masing fungsi manajemen keuangan, yaitu :
1. Perencanaan
Keuangan:
Membuat
rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk
periode tertentu.
2.
Penganggaran Keuangan
Tindak
lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan
pemasukan.
3.
Pengelolaan Keuangan
Menggunakan
dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
4.
Pencarian Keuangan
Mencari
dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan perusahaan.
5.
Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan
dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
6.
Pengendalian Keuangan
Melakukan
evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada paerusahaan.
7.
Pemeriksaan Keuangan
Melakukan
audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi
penyimpangan.
Dengan
kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai
bagaimana memperoleh asset, mendanai asset dan mengelola asset untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut Martono dan Agus Harjito (Manajemen Keuangan, 2008:4), menguraikan
3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen
keuangan, yaitu :
a.
Keputusan investasi (investment decision)
Penanaman modal dapat
dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva financial. Aktiva riil merupakan
aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya
persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva financial
merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi.
Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa langkah,
yakni : pertama, manajer keuangan perlu menetapkan berapa asset secara
keseluruhan (total asset) yang
diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari asset yang diperlukan perlu ditetapkan
komposisi dari asset-asset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Ketiga, untuk mencapai
pemanfaatan asset secara optimal maka asset
– asset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti
dengan asset yang baru.
b.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan
akan mempelajari sumber-sumber dana yang
berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan meliputi beberapa hal yakni, pertama
adalah keputusan mengenai penetapan sumber dana yang di perlukan untuk mendanai
investasi berupa hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang juga modal
sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau
sering disebut dengan struktur modal yang optimum.
c.
Keputusan Pengelolaan Asset (asset management decision)
Pengalokasian dana yang
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan
asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Aktiva lancar akan didanai dari
hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan
sebagai hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah
akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan,
sedangkan asset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan
dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri.
2.2.3 Tujuan Manajemean Keuangan
Menurut Martono
dan Agus Harjito (Manajemen Keuangan,
2008:12), menguraikan manajemen keuangan sebagai aktifitas memperoleh dana,
menggunakan dana dan mengelola asset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan
atau sasaran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum,
maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi keputusan perusahaan.
Sebagai tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan
keputusan dibidang keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Secara lebih
luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan.
Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini
digunakan sebagai pengukur keberhasilan
perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya
kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tidak hanya secara langsung bermanfaat
bagi pemegang saham tetapi dapat memberikan manfaat juga bagi masyarakat luas.
Dari uraian diatas,
Martono dan Agus Harjito (2008:13) dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :
1)
Manajemen keuangan merupakan manajemen
fungsi keuangan yang terdiri atas keputusan investasi, pendanaan (termasuk
kebijakan deviden) dan keputusan pengelolaan asset.
2)
Tujuan manajemen keuangan adalah
memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang
diukur dari harga saham perusahaan.
3) Harga
saham perusahaan merupakan refleksi dari keputusan – keputusan investasi,
pendanaan (termasuk kebijakan deviden) dan pengelolaan asset.
2.2.4 Sumber Dana Perusahaan
Menurut
Martono dan Agus Harjito (Manajemen
Keuangan, 2008), manajemen keuangan
yang sering pula disebut dengan istilah pembelajaran adalah seluruh aktivitas
perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset.
Dari pengertian tersebut pembelanjaan
perusahaan dibedakan menjadi 2 pengertian. Pertama , aktivitas perusahaan dalam
memperoleh dana disebut pembelanjaan
pasif, dan kedua aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana dan mengola hasil
penggunaan dana tersebut (pengelolaan aset) dinamakan pembelanjaan aktif.
Apabila dihubungkan dengan unsure-unsur yang ada pada neraca, maka pembelanjaan pasif membahas unsur-unsur
yang terdapat pada sisi pasiva. Sedangkan pembelanjaan aktif membahas
unsure-unsur yang ada pada sisi aktiva. pembelanjaan pasif membahas unsur-unsur
yang terdapat pada sisi pasiva merupakan aktivitas perusahaan untuk memperoleh dana dari sumber-sumber yang ada.
Berdasarkan
sumbernya, dana berasal dari sumber intern (internal
financing) dan sumber ekstern (external
financing). Secara skematis sumber
dana perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Martono
dan Agus Harjito, (Manajemen Keuangan
, 2008)
Gambar
2.2 : Sumber dana Perusahaan
|
Berdasarkan
gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa
sumber dana perusahaan berasal dari dua,
yaitu sumber eksternal dan sumber internal. Yang mana sumber dana eksternal (external financing) merupakan sumber
dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya dana-dana tersebut tidak
diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari piha lain
di luar perusahaan. Diantaranya dapat diperoleh dari utang (pinjaman uang/dana dari pihak
lain) maupun dari modal sendiri yang berasal dari pemilik perusahaan baik
pemegang saham biasa maupun saham
preferen
Sumber
dana internal yang ada di
perusahaan terdiri atas laba yang tidak terbagi (laba ditahan) dan
depresiasi. Apabila setelah pajak yang
diperoleh perusahaan tidak dibagi kepada pemegang saham , maka laba
tersebut sebagai sumber dana internal.
Hal ini karena laba tersebut diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan
operasinya. Sedangkan depreasi dikatakan sebagai sumber dana internal karena
depresiasi berasal dari kegiatan operasi perusahaan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih sumber
dana yaitu berkaitan dengan tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
( profitabilitas) yang ingin dicapai perusahaan, Martono dan Agus Harjito (Manajemen Keuangan, 2008:18).
a.
Likuidiitas
Yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan (financial) jangka pendek atau
segera dipenuhi. Kewajiban financial jangkan pendek tersebut meliputi kewajiban
untuk membayar hutang jangka pendek (disebut likuiditas badan usaha) dan
kewajiban untuk membiayai kegiatan operasi/produksi yang ada di perusahaan
(disebut likuiditas perusahaan). Analisis likuiditas dapat dilakukan dengan
menganalisis unsur-unsur neraca yang ada pada aktiva lancar dan hutang lancar.
b.
Solvabilitas
Yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban financialnya yang terdiri atas hutang
jangka pendek dan jangka panjang apabila pada saat itu perusahaan dilikuidasi
atau dibubarkan. Jadi apabila pada suatu saat tiba-tiba perusahaan di
likuidasi, maka apakah perusahaan dapat membayar seluruh hutang-hutangnya ?
Apabila hasil penjualan harta (aktiva) perusahaan mencukupi untuk membayar
seluruh hutangnya, maka perusahaan tersebut dalam keadaan solvable. sebaliknya
jika seluruh hasil penjualan harta (aktiva) tidak dapat untuk membayar
hutang-hutangnya maka perusahaan pada saat itu dalam keadaan tidak solvable
(insolvable).
c.
Rentabilitas atau profitabilitas
Yaitu kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut. rentabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu rentabilitas
ekonomis dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomis memperhatikan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi disbanding dengan total
modal (aktiva) yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Sedangkan
rentabilitas modal sendiri di fokuskan pada kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomis
adalah laba operasi (Net Operating Income) atau laba sebelum bunga pajak
(Earning Before Interest and Taxes) sedangkan rentabilitas modal sendiri memperhitungkan
laba setelah pajak (Earning After Taxes).
Disamping
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, sumber dana yang akan digunakan
perusahaan juga perlu mempertimbangkan pedoman struktur finansial, struktur
modal dan strukutur kekayaan. Struktur finansial merupakan perimbangan antara
total hutang dibanding modal sendiri. Total hutang terdiri atas hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang. Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang
jangkan panjang dengan modal sendiri. Sedangkan struktur kekayaan adalah
perimbangan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Apabila konsep struktur
finansial dan struktur kekayaan digabungkan, kita mengenal istilah pedoman
struktur finansial konservatif vertical dan struktur finansial konservatif
horizontal. struktur finansial konservatif vertical menyatakan bahwa hutang
sebaiknya tidak melebihi modal sendiri. sedangkan pedoman struktur finansial
konservatif horizontal menyatakan bahwa untuk aktiva lancar tidak permanen
boleh dibelanjai dengan hutang, sedangkan untuk aktiva lancar yang permanen dan
aktiva tetap sebaiknya dibelanjai dengan modal sendiri dan hutang jangka panjang.
2.3 Pengelolaan Keuangan
Semua pengusaha tentu sependapat bahwa uang
dan keuangan merupakan yang terpenting dalam kehidupan berusaha. Kedua
merupakan darah dan napas perusahaan. Menurut pandangan manajemen modern dalam
(Singgah Wibowo, Pedoman Mengelola
Perusahaan Kecil, 2007:43), menguraikan bahwa uang dan keuangan adalah
salah satu fungsi manajmen, di samping produksi, personalia, dan pemasaran.
Karenanya, harus ada keseimbangan dalam pengelolaannya.
Pengelolaan keuangan sendiri diartikan sebagai
suatu aktivitas melalui penggunaan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara (Organisasi. Org Komunitas dan Keputusan Online
Indonesia, 2008).
Menurut Singgah Wibowo (Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, 2007), mengelola keuangan dapat dilakukan dengan 6
cara yaitu:
1.
Kunci mengurus keuangan
2.
Mengelola system keuangan
3.
Menyusun anggaran keuangan
4.
Pengelolaan uang tunai (kas)
5.
Laporan Keuangan
6.
Analisis Nisbah
2.3.1 Kunci Mengurus
Keuangan
Kunci utama dalam mengelola keuangan adalah
pembukuan serta administrasi yang rapi dan tepat. Hal itu dikarenakan,
pengendalian keuangan yang lemah dan administrasi yang kacau menjadi salah satu penyebab utama gagalnya
perusahaan.
Menurut Singgah Wibowo (Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, 2007), dalam mengelola keuangan
harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a.
Buatlah pembukuan yang teratur dan tertib. Catat semua
uang yang masuk dan keluar dengan rincian jelas tentang jumlah, asal/tujuan,
tanggal, dan keterangan lainya.
b.
Periksalah keabsahan semua bukti pembayaran. Jika
pembayaran dengan cek, pastikan bahwa cek itu tidak kosong.
c.
Pisahkan harta pribadi dengan keuangan perusahaan.
d.
Tentukan gaji para tenaga kerja termasuk pemilik
sendiri atau siapa pun yang digunakan tenaganya oleh perusahaan.
e.
Gunakan jasa bank dengan sebaik-baiknya.
f.
Buatlah anggaran untuk semua aspek keuangan dan
dibandingkan dengan realisasinya.
g.
Adakan pemeriksaan keuangan secara bertahap dan teratur
serta dibuat laporan keuangan yang baik.
2.3.2 Mengelola system
keuangan
Mengelola system keuangan ibarat memelihara jantung manusia agar dapat
mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh sehingga bagian-bagian itu mampu menjalankan fungsinya dalam (Singgah Wibowo, Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, 2007).
Demikian pula dengan system keuangan, harus dikelola dengan sebaik mungkin
sehingga seluruh dana dapat diedarkan ke semua bagian kegiatan usaha. Untuk
itu, harus disediakan dana yang cukup
agar dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Setelah perusahaan siap operasi, harus disediakan
dana untuk operasi, yaitu dana yang akan dibutuhkan untuk modal kerja dan
tambahan investasi harta tetap. Untuk menjalankan kelangsungan usaha , modal
kerja harus selalu ada dan diarahkan
kepadasedian perbekalan, sediaan untuk konsumen yang belum membayar
(piutang), sediaan kas untuk gaji/upah dan biaya operasi produksi, penjualan,
administrasi, dan lain-lain.
Lalu darimana dana diperoleh? Mula-mula
tentunya dari pemilik sendiri atau dari rekan yang ikut menitipkan modalnya
(usaha perorangan) atau ditambah lagi dari rekan komanditer (CV), atau ditambah lagi dari rekan Persero (bentuk
PT). Setelah usha beroperasi secara komersial,
dana tambahan akan diperoleh dari hasil penjuan, yaitu laba dan dana
penyusutan.
Jika ingin memperbesar operasi tamabahan
dana dapat diperoleh dari utang dagang, yaitu pembayaran mundur kepada
pembekal. Dana bias juga dari menarik uang muka dari konsumen atau dari pihak
pinjaman bank.
Dana tentu akan berkurang melalui
pengeluaran. Jika perusahaan memperoleh laba, harus disediakan dana untuk
dinikmati pemiliknya atau penyertaan modal dan untuk membayar pajak. Penggunaan
dana yang lain adalah pembayaran bunga dan mengembalikan pokok pinjaman serta
untuk menanggulangi jika terjadi musibah.
Bagaimana jika ternyata kekurangan atau
kelebihan dana? Kedua-duanya harus dicegah jangan sampai terjadi. Kekurangan
atau kelebihan dana merupakan pertanda kurang tepatnya pengelolaan keuangan .
kekurangan uang akan menyebabkan banyak
program terbengkalia. Sementara itu, dana yang lebih berarti banyak sumber dana
yang menganggur dan tidak efisien, terlebih lagi jika dana itu berasal dari
pinjaman berbunga.
Pengelolaan harus mampu mengendalikan dana
agar jangan sampai kurang atau berlebihan. Untuk itu, sebaiknya dibuatkan
system pencatatan atau pembukuan sebaik-baiknya. Jangan menunggu setelah usaha
mulai berkembang. Lakukanlah pembukuan sejak awal. Perlu diingat, rupa dan
bentuk catatan itu dibuat sederharna mungkin, mudah diisi dan dirawat. Jika
perlu, ada baiknya untuk mencari tenaga
kerja sendiri yang mahir untuk mengurusinya. Namun demikian secara garis besar
pengelola harus paham dan dapat memanfaatkannya.
2.3.3 Menyusun
anggaran keuangan
Banyak perusahaan, khususnya perusahaan
kecil melakukan kegiatan usahanya tanpa rencana
dan hanya mengandalkan ingatan saja. Akibatnya, suatu ketika pengusaha
akan kerepotan karena ruwetnya keuangan perushaan. Untuk itu, keuangan
perusahaan perlu perlu dianggarakan terlebih dahulu sehingga semuanya dapat
diperhitungkan dengan lebih tepat dan jelas.
Anggaran keuangan (budget) adalah suatu rencana jangka pendek yang sangat kuantitatif
dan biasanya dinyatakan dalam ukuran uang anggaran ini disusun tahunan, lalu
dirinci menjadi bulanan dalam (Singgah Wibowo, 2007). Anggaran ini akan
menyangkut rencana pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan. Anggaran juaga
dapat dipakai sebagai alat pengendali keuangan.
Biasanya yang dianggarkan dalam anggaran
keuangan adalah penjualan, promosi, distribusi dan biayanya, pengadaan, biaya
pegawai, dan biaya umum, neraca, laba rugi, serta arus uang tunai (kas). Untuk
mempermudah penyusunan, mi\ula-mula disusun anggaran induk yang mencangkup
semua rencana kegiatan usaha secara menyeluruh. Ini meliputi perkiraan
pendapatan dan pengeluaran perusahaan untuk janga waktu 1 tahun atau 6 bulan.
Selanjutnya anggaran dirincikan ke
anggaran bulanan. Setelah disusun diperiksa kembali anggaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika perlu, anggaran keuangan diadakan perbaikan dan
perubahan. Sehingga, bilamana nanti terdapat/mucul suatu pemasalahan, nantinya
dapat dipersiapkan cara mengatasinya.
2.3.4 Pengelolaan uang
tunai (kas)
Menurut
Anthon (Peranan Pengendalian Intern Kas
dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Kas (Studi Kasus pada PT-X), 2003:32),
manajemen kas atau pengelolaan kas merupakam salah satu fungsi manajemen dalam
merencanakan dan mengendalikan kas. Manajemen
kas dapat dianggap sebagai suatu fungsi keuangan yang mendasar dalam kebanyakan
perusahaan karena kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha sehari-hari,
maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan operasi perusahaan. Jumlah kas
yang memadai sangat penting bagi kelancaran usaha sehari-hari, maupun bagi
keperluan yang menunjang pelaksanaan keputusan-keputusan strategis berjangka
panjang seperti : usaha penelitian dan pengembangan, usaha perluasan kapasitas,
dan sebagainya.
Tujuan
utama perusahaan dalam mengelola kas pada dasarnya adalah meminimalkan resiko
perusahaan dalam keadaan insolvency,
yaitu keadaan perusahaan yang tidak mampu lagi untuk membayar utang-utang tepat
pada waktunya. Dalam keadaan demikian, perusahaan secara teknis boleh dikatakan
bangkrut.
Jumlah kas yang berlebih atau kurang
mempunyai akibat negative bagi perusahaan.
Kekurang kas mengakibatkan tidak terbayarnya berbagai
kewajiban-kewajiban yang seyogyanya harus dipenuhi perusahaan seperti, hutang
gaji, hutang pemasok atau suplaiyer, dan lain sebagainya. Begitu pula jika
perusahaan memiliki modal yang berlebihan, hal itu berarti banyak sumber dana
yang menganggur dan tidak efisien, terlebih lagi jika dana itu berasal dari
pinjaman berbunga sehingga akan menaikkan beban tetap perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, Anthon dalam
skripsinya (Peranan Pengendalian Intern
Kas dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Kas (Studi Kasus pada PT-X), 2003:33)
menguraikan faktor-faktor yang harus didukung untuk mencapai tujuan dari manajemen
kas yaitu sebagai berikut:
a.
Adanya anggaran kas yang direncanakan dengan baik yaitu
dengan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran kas untuk periode yang akan datang;
b.
Adanya pengelolaan atas penerimaan dan pengeluaran kas;
c.
Investasi yang terarah atas dana yang berlebihan;
d.
Menjalin hubungan baik dengan bank;
e.
Adanya pengendalian intern kas atas penerimaan dan
pengeluaran kas.
Alasan
perlu dilakukan pengelolan dan pengendalian kas adalah sebagai berikut:
1) Kas
merupakan aktiva lanacar yang mudah sekali disalahgunakan. Pengendalian
terhadap kas harus dibentuk/diciptakan untuk meyakinkan bahwa kas milik
perusahaan tidak disalahgunakan untuk
kepentingan pribadi oleh seorang dalam hubungannya dengan perusahaan;
2)
Keadaan kas harus selalu dalam keadaan
seimbang (keadaan kas tidak boleh kelebihan maupun kekurang kas) pada suatu
waktu tertentu.
3)
Kas bukan merupakan aktiva produktif
(dimiliki tetapi tidak dapat memberikan pengembalian), sehingga tidak perlu
memegang uang besar (yang melebihi jumlah yang dibutuhkan secara harian).
Kas yang lebih besar dari suatu jumlah
yang dibutuhkan , harus diinvestasikan dalam surat berharga yang memberikan
penghasilan dalam aktiva produktif lainnya (Anthon, 2003:33).
2.3.5 Laporan Keuangan
Satu
hal yang amat penting dalam pengelolaan keuangan adalah membuat laporan
keuangan. Laporan ini dibuat oleh tenaga yang menangani keuangan atau seorang
akuntan atau dapat juga meminta bantuan ahli akunting berikut analisisnya. Dengan
laporan ini , dapat diketahui penyimpangan yang terjadi dan memungkinkan bagi semua pihak yang
berkepentingan untuk menilai usaha dan
keadaan keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Menurut
Wibowo Singgih (Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, 2007), banyak bentuk laporan keuangan, tetapi
yang paling bermanfaat adalah yang berupa neraca laporan laba rugiatau neraca
pendapatan. Keduanya tidak hanya penting bagi urusan dalam perusahaan, tetapi
juga bagi pihak-pihak lain, bank, pembekal,
penarik pajak, dan sebagainya. Dengan laporan neraca laba rugi akan dapat
ditarik banyak kesimpulan mengenai apa yang telah terjadi, apa yang sudah dan
belum efektif dan efisien, dan sebagainya.
a.
Neraca atau Daftar Keadaan Keuangan
Neraca
harus menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat, yaitu posisi
harta, utang, dan modal.
Sebagai
gambaran, tabel 2.3 menggambarkan
contoh neraca.
C.V. HIGGNIS
YANGYA
Neraca per 31 Desember 2006
Harta (AKTIVA)
|
Utang
(PASSIVA)
|
Aktiva Lancar
|
Utang Lancar
|
Kas
|
7.500.000
|
P.
jangka pendek
|
10.000.000
|
Bank
|
7.500.000
|
Utang
dagang
|
20.000.000
|
Piutang
|
17.500.000
|
Utang
Pajak
|
2.500.000
|
Sediaan
|
95.000.000
|
Jumlah U.Lancar
|
32.500.000
|
Pembayaran
Dimuka
|
38.500.000
|
|
|
Jumlah A. Lancar
|
166.000.000
|
Utang jangka
Panjang
|
|
|
KIK
|
80.000.000
|
|
|
KMKP
|
100.000.000
|
Aktiva Tetap
|
Jumlah UJP
|
180.000.000
|
Tanah
|
10.000.000
|
Modal
|
|
Kendaraan
|
42.500.000
|
Modal
Setoran
|
80.000.000
|
Mesin
dan Peralatan
|
55.000.000
|
Laba
Tahun Lalu
|
10.000.000
|
Bangunan
|
35.000.000
|
Laba
Tahun ini
|
6.000.000
|
Jumlah Aktiva Tetap
|
142.500.000
|
Jumlah Modal
|
96.000.000
|
Jumlah Aktiva
|
308.500.000
|
Jumlah Passiva
|
308.500.000
|
Sumber:
Wibowo Singgih,(2007:52)
b.
Laporan Laba Rugi
Untuk
membuat laporan laba rugi, diperlukan laporan harga pokok penjualan (HPP) serta
biaya pemasaran dan administrasi.
Keterangan penunjang ini bukan
untuk pihak luar, tetapi untuk pihak pengelola saja. Perhitungannya didasarkan
pada pendapatan, biaya dan ongkos produksi, biaya pemasaran, serta biaya
administrasi. Perhitungan ini juga merupakan pelengkap bagi neraca keuangan
sehingga keduanya dapat memberikan gambaran jelas tentang keadaan dan kemajuan
perusahaan. Sebagai gambaran, tabel 2.4
menggambarkan contoh laporan laba rugi.
Tabel 2.4
C.V. HIGGNIS YANGYA
Perhitungan
Laba Rugi
Selama
1 Januari-31 Desember 2006
Penjualan
Bersih
|
452.400.000
|
|
100%
|
HPP
|
(252.000.000)
|
|
56%
|
Laba
Kotor
|
|
|
200.400.000
|
44%
|
Biaya
Operasi Usaha
|
|
|
|
|
Biaya
Penjualan
|
|
|
|
|
-
Gaji/upah
|
12.000.000
|
|
|
|
-
Komisi
|
19.800.000
|
|
|
|
-
Promosi
|
5.000.000
|
|
|
|
Jumlah Biaya
Penjualan
|
|
36.800.000
|
|
|
Biaya A/U
|
|
89.000.000
|
|
|
Jumlah B. O.
Usaha
|
|
|
125.800.000
|
28%
|
Laba
Operasi
|
|
|
74.600.000
|
16%
|
Pendapatan
& Biaya lain-lain
|
|
|
|
|
Laba penjulan
A. tetap
|
34.000.000
|
|
|
|
Pendapatan
lain
|
27.500.000
|
|
|
|
Tambahan Pen.
Lain
|
|
61.500.000
|
|
|
Biaya Bungan
& Utang
|
|
22.300.000
|
|
|
Tambahan Pen. Bersih
|
|
|
39.200.000
|
9%
|
Laba Sebelum
pajak
|
|
|
113.800.000
|
25%
|
Biaya Pajak
|
|
|
22.620.000
|
5%
|
Laba
Bersih
|
|
|
91.180.000
|
20%
|
Sumber: Wibowo Singgih, (2007:54)
2.3.6 Analisis Nisbah
Dengan
laporan keuangan, dapat dilakukan penilaian dan penilaian kembali (evaluasi)
prestasi dan keadaan usaha. Caranya dengan membuat perbandingan yang disebut
dengan rasio atau nisbah. Dari neraca laporan tersebut, dapat dibuat nisbah
lancer, nisbah cair, dan nisbah kas yang dapat dipakai untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar utang yang sewaktu-waktu harus dilunasi. Tabel 2.5 menyajikan contoh nisbah
likuidasi perusahaan.
Tabel 2.5 Nisbah Likuidasi
Perusahaan
NISBAH
|
PERHITUNGAN
|
INTEPRESTASI
|
Nisbah
Lancar
|
Harta
Lancar
=
Utang Lancar
=
166.000/32.500
=
5,1
|
Ini
berarti bahwa untuk setiap rupiah utamg lancar tersedia harta lancer Rp. 5,1.
Berarti
kemampuan perusahaan untuk membayar utang sangat besar atau istilahnya
perusahaan sangat likuid.
|
Nisbah
Cair
|
H.Lancar-Persediaan
=
Utang Lancar
=166.000-95.000
32.500
=2,2
|
Ini
berarti bahwa untuk setiap rupiah utang lancar tersedia Rp. 2,2 harta lancar
|
Nisbah
Kas
|
=
Utang tunai kas bank
Utang Lancar
=
15.000/32.500
=
0,46
|
Ini
berarti bahwa untuk setiap Rp. 1,00, utang lancer hanya tersedia uang tunai
kas dan di Bank sebesar Rp. 0,46.
Artinya,
perusahaan akan mengadapi kemungkinan adanya bahaya kekurangan uang tunai
jika sewaktu-waktu ada tagihan.
|
Berdasarkan
neraca akun dan perhitungan laba rugi, dapat dievaluasi apakah perusahaan dapat
mencapai efektivitas dan efisiensi biaya ataukah tidak.
2.4 Perencanaan Keuangan
Suad
Husnan dan Enny Pudjiastuti (Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
1994:49) Perencanaan keuangan dimaksudkan untuk memperkirakan bagaimana posisi
keuangan perusahaan di masa yang akan dating. Termasuk didalam perkiraan
tentang berapa banyak pendanaan ekstern yang harus dicari. Sebelum menyusun
rencana keuangan, manager keuangan perlu memahami bagaimana arus kas dalam
perusahaan. Perencanaan keuangan merupakan kegiatan untuk memperkirakan posisi
dan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan dating (bisa jangka pendek
bisa pula jangka panjang). Untuk menyususn rencana keuangan tersebut
dipergunakan serangkaian asumsi, baik yang menyangkut hubungan antar
variable-variabel keuangan maupun keputusan-keputusan keuangan.
Agnes
Sawir (Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, 2005:90) Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba,
dan aktivitas yang didasarkan pada alternative strategi produksi dan pemasaran,
untuk kemudian menentukan bagaimana memenuhi kebutuhan permodalan. Bila
ternyata hasil actual tidak sesuai dengan proyeksinya, perencanaan keuangan harus
dapat mengidentifikasikan perubahan-perubahan potensial yang mungkin akan
memberikan hasil yang memuaskan.
Mengenai proses perencanaan keuangan itu
sendiri, Agnes Sawir dalam bukunya Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan (2005:90) menjabarkan sebagai berikut:
1. Menganalisis
pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2. Memproyeksikan
konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari
hal yang tak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan
datang.
3. Menentukan
alternatif mana yang akan dipilih.
4. Mengukur
hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
Perencanaan keuangan biasanya berupa performa neraca, laporan laba-rugi, dan laporan
sumber dan penggunaan dana, serta rencana pengeluaran modal berdasarkan
kategori dan divisi atau lini bisnis. Rencana dan anggaran keuangan merupakan
alat untuk memandu perusahaan dalam merumuskan kebijakan yang tepat dan dalam
melakukan penyesuaian yang segera terhadap perubahan di bidang ekonomi dan
perubahan persaingan yang selalu terjadi di dunia usaha.
Syarat untuk perencanaan yang efektif adalah
sebagai berikut :
1. Peramalan
Perusahaan tidak akan pernah dapat
melakukan peramalan yang tepat secara sempurna.
2. Menentukan
rencana keuangan yang optimal
Seorang manajer keuangan yang baik harus
dapat menilai rencana mana yang terbaik untuk perusahaannya.
3. Melihat
rencana keuangan berjalan
Rencana jangka panjang digunakan juga sebagai tolok
ukur untuk menilai hasil yang dicapai pada masa mendatang, Agnes Sawir
(2005:91).
M.
Fuad, dkk (Pengantar Bisnis, 2006)
menyatakan bahwa kunci dari manajemen keuangan yang efektif adalah pembuatan
rencana keuangan. Rencana keuangan adalah rencana usaha untuk mencapai posisi
keuangan yang dicari di masa yang akan datang. Untuk membangun rencana
keuangan, perlu dicermati beberapa pertanyaan berikut :
a. Berapa
jumlah dana yang harus dimiliki perusahaan agar dapat menutup kebutuhan jangka
pendeknya ?
b. Kapan
dana tersebut dibutuhkan ?
c. Dari
mana diperoleh untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjangnya
?
Untuk
menjawab semua pertanyaan tersebut, manager keuangan harus membuat gambaran
yang jelas, mengapa mereka membutuhkan dana disertai dengan perkiraan berapa
biaya dan manfaat yang diperoleh dari sumber dana yang akan dipilih.
2.4.1
Mengapa Perusahaan membutuhkan Dana ?
Setiap
perusahaan membutuhkan dana untuk tetap beroperasi, karena kegagalan dalam
membayar pemasok dapat membuat bangkrutnya usaha. Manager harus dapat
membedakan dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran jangka pendek atau
operasional (short term/operating
expenditures) dan pengeluaran jangka panjang (long term/capital expenditures).
a.
Pengeluaran
jangka pendek (short term/operating
expenditures) Pengeluaran jangka pendek adalah
pengeluaran yang muncul dalam aktivitas bisnis sehari-hari. Pengeluaran jangka
pendek meliputi dana yang ditanamkan
pada persediaan (baik persediaan bahan baku, barang dalam proses, maupun
barang jadi), pengeluaran untuk pembayaran upah dan gaji karyawan, serta biaya
operasi lainnya.
b. Pengeluaran jangka panjang (long term/capital expenditures)
Sebagai
tambahan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi pengeluaran operasionalnya.
Perusahaan juga membutuhkan dana untuk membiayai pengeluaran aktiva tetap.
Aktiva tetap adalah aktiva yang memiliki nilai dan masa pemakaian panjang.
Sebagai contoh aktiva tetap adalah investasi tanah, gedung, dan pembelian
mesin-mesin (Fuad, Pengantar Bisnis
2008).
2.4.2
Pembelanjaan atau Pembiayaan Perusahaan (Corporate Financing)
Untuk
memenuhi kebutuhan akan pengeluaran jangka pendek maupun jangka panjang,
perusahaan membutuhjan dana yang tidak saja dapat dipenuhi oleh kemampuan modal
awal dari pemilik serta kemampuannya dalam menghasilkan laba, tetapi juga dana
dari luar perusahaan seiring dengan perkembangan kemajuan usahanya. Dilihat
dari jangka waktunya,sumber dana dibedakan menjadi sumber dana jangka pendek
dan sumber dana panjang. Sedangkan asal sumber dana dibedakan menjadi sumber
dana internal dan sumber dana eksternal (Fuad,dkk, Pengantar
Bisnis, 2006).
a. Sumber Dana Jangka Pendek
Sumber
dana jangka pendek meliputi :
1.
Trade Credit (Utang dagang)
Utang dagang disamping
dapat merupakan pengeluaran, dapat pula berfungsi sebagai sumber dana bagi
perusahaan pada saat barang telah dapat diterima tetapi pembayarannya
diserahkan kemudian. Pemberian kredit dari satu perusahaan ke perusahaan lain
merupakan pinjaman jangka pendek dan sumber dana jangka pendek bagi perusahaan.
2.
Pinjaman Bank Jangka Pendek dengan Jaminan
(Securade Short Term Loan)
Bagi banyak perusahaan,
pinjaman bank merupakan sumber dana jangka pendek yang sangat penting. Pinjaman
tersebut hampir selalu menyertakan suatu surat perjanjian utang yang disebut
dengan promissory notes yang menyatakan kesanggupan perusahaan untuk membayar
pinjaman beserta bunga yang telah disepakati. Dalam jenis pinjaman ini bank
juga mensyaratkan adanya jaminan (kolateral) yang memberikan hak kepada bank
untuk menyita jaminan tersebut bilamana pinjaman tidak dapat dilunasi.
Kelemahan mendasar dari jenis pinjaman ini ialah biaya dan syarat administrasi
yang menyertainya. Surat utang dan jaminan harus dievaluasi. utang bank dengan
jaminan ini memberikan manfaat bagi perusahaan yang tidak memiliki akses
terhadap sumber pinjaman tanpa jaminan. Persediaan (inventory), piutang, dan
aktiva lain dapat berfungsi sebagai jaminan.
3.
Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Jaminan
(Unsecurade Short Term Loan)
Pinjaman ini merupakan
sumber dana jangka pendek yang penting bagi perusahaan. Melalui hal ini
perusahaan tidak perlu menyerahkan jaminan kepada bank. Tetapi biasanya bank
mensyaratkan peminjam untuk tetap memiliki saldo dana minimum di bank
(compensating balance). Dalam hal ini perusahaan harus mempertahankan jumlah
minimum tertentu dari pinjaman untuk tetap mengendap di bank. Peminjaman tetap
harus membayar bunga untuk dana yang mengendap tersebut, sehingga biaya riil
(setelah memperhitungkan dana yang tertanam ini) dari bunga yang harus dibayar
menjadi lebih tinggi.
4.
letter of credit
letter of credit adalah
janji tertulis dari bank bagi pihak pembeli untuk membayar sejumlah uang kepada
perusahaan yang dituju (penjual) bila sejumlah kondisi telah terpenuhi. pada
umumnya letter of credit dipergunakan dalam perdagangan internasional, antara
pembeli yang merupakan importir dan penjual yang merupakan eksportir.
5.
Commercial Paper
Commercial paper adalah
surat berharga yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan besar dan terpercaya
untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya. Commercial paper diterbitkan dengan
nilai nominal tertentu untuk jangka waktu tertentu (30, 60, 90, 270, atau 360
hari). Surat berharga ini dijual kepada lembaga keuangan atau perusahaan lain
dengan harga yang lebih rendah dari nilai nominalnya dan pada akhir periode,
surat berharga ini dibeli kembali oleh perusahaan sebesar nilai nominalnya.
Perbedaan antara harga beli dan jual kembali dari commercial paper merupakan
keuntungan yang dapat dibeli.
6.
Factoring
Perusahaan dapat
memperoleh dana dengan tepat melalui factoring, yaitu dengan menjual piutang
perusahaan kepada perusahaan faktor (perusahaan pembeli piutang) yang
biasayanya adalah lembaga keuangan. Perusahaan faktor membayar sejumlah
presentase tertentu dari nilai piutang. Besarnya presentase yang ditawarkan
tergantung pada kualitas piutang, biaya penagih piutang, dan tingkat bunga yang
berlaku.
b. Sumber Dana jangka panjang
Pada umunya perusahaan membutuhkan dana
jangka panjang untuk membiayai pengeliaran jangka panjangnya., seperti
pembelian aktiva tetap. Agar bisa memulai usahanya, perusahaan harus
mengeluarkan dana untuk bangunan dan peralatan. Pencarian dana jangka panjang
ini dapat diperoleh dari luar perusahaan berupa pembiayaan melalui utang (debt financing) maupun dari dalam
perusahaan dengan pembelanjaan sendiri
dari modal (equity financing).
1.
Pembiayaan
melalui Utang
Pinjaman jangka panjang dari luar (debt financing) merupakan komponen
utama dari perencanaan jangka panjang yang banyak dilakukan oleh perusahaan.
Dua sumber utama dana ini adalah utang jangka panjang dan penjualan obligasi
perusahaan.
a.
Utang jangka panjang
Perbedaan
utang jangka panjang dan utang jangka pendek terletak pafa jangka waktu
pengembalian uang. Waktu pengembalian utang jangka panjang adalah lebih dari
satu tahun. Pada umumnya perusahaan memperoleh utang jangka panjang dari bank.
Tetapi, pada Negara dengan sistem keuangan yang telah maju, perusahaan dapat
pula memperolehnya dari lembaga keangan lain seperti lembaga pembiayaan,
perusahaan asuransi maupun dana pensiun. Karena keterikatan dana yang lebih
lama dari pada utang jangka pendek, pada umunya tingkat bunga yang disyaratkan
pun lebih tinggi. Alternative pinjaman jangka panjang lebih disukai dari pada
obligasi karena pilihan ini tidak mensyaratkan adanya keterbukaan informasi
keuangan perusahaan kepada public. Sedangkan kelemahannya, adanya kebutuhan
dana jangka panjang yang besar menyebabkan sulit terpenuhi oleh lembaga
keuangan yang ada (keterbatasan kemampuan lembaga keuangan untuk memasok dana
dalam jumlah besar). Tingkat bunga yang dinegosiasikan antara peminjam dan bank
[ada umumnya mengambang dan terikat pada prime
rate, yaitu tingkat bunga bank yang diberlakukan bagi nasabah besar
terpercaya.
b.
Obligasi perusahaan
Obligasi
adalah surat berharga yang diterbitkan perusahaan, yang menyatakan kesanggupan
membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang surat berharga pada waktu
tertentu. Selama waktu kontrak atau masa berlakunya obligasi, perusahaan
penerbit harus membayar bunga per periode (tahunan atau semi tahunan) sesuai
dengan tingkat bunga yang tertera pada obligasi. Jangka waktu kontrak umumnya
cukup panjang, misalnya 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun.
Termin dari obligasi ini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain
dalam kaitannya dengan masa berlaku., tingkat bunga, masa jatuh tempo, dan jaminan
yang terikat pada obligasi tersebut. Obligasi merupakan pilihan yang tepat bagi
perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah besar. Dengan menerbitkan
obligasi, perusahaan memiliki akses sumber dana dari banyak pihak ketiga,
termasuk public. Tetapi, biaya untuk menerbitkan obligasi juga besar disamping
prosedur yang harus dipenuhi cukup rumit. Tingkat bunga yang dibayarkan juga
akan lebih tinggi bagi perusahaan yang kurang populer. Terkait dengan obligasi,
terdapat sistem rating atau peringkat bagi penerbit obligasi yang nilainya
tergantung pada kredibilitas perusahaan bersangkutan. Perusahaan dengan
kredibilitas tinggi akan mendapat peringkat tinggi, sehingga tingkat bunga yang
dibayarkan lebih rendah dari pada perusahaan dengan peringkat rendah.
2.
Pembiayaan
dengan Modal Sendiri (Equity Financing)
Pembiayaan dengan modal sendiri terkait dengan modal
pemilik, penggunaan laba ditahan, dan saham biasa dalam rangka memperoleh dana
bagi pemenuhan kebutuhan pengeluaran jangka panjang.
a.
Saham biasa
Saham
adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah surat berharga
yang memberikan hak suara kepada pemilik serta merupakan penerima hak terakhir
atas asset perusahaan setelah pemegang obligasi dan saham preferen. Saham
prefer adalah saham yang menjamin pembayaran deviden tetap kepada pemilik
tetapi tanpa hak suara. Pemegang saham preferen merupakan penerima hak yang
lebih dulu atas asset daripada pemegang saham biasa. Deviden adalah bagian laba
yang dibagikan kepada pemegang saham, baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen. Perusahaan dapat memperoleh dana untuk pengeluaran jangka
panjangnya melalui penerbitan saham biasa. Ketika perusahaan pertama kali
menerbitkan saham biasa pada pasar perdana disebut sebagai Initial Public Of Offering (IPO). Prosedur yang harus dilalui untuk
dapat melakukan IPO cukup panjang dan rumit. Jadi perusahaan harus menentukan
terlebih dahulu lembaga keuangan yang akan menjadi penjamin emisi (penerbitan
saham ini). Dari negosiasi dengan penjamin emisi perusahaan dapat menentukan
beberapa harga saham yang layak untuk dipasarkan, serta berapa banyak lembar
saham yang harus diterbitkan untuk dapat memenuhi dana jangkan panjang yang
dibutuhkan. Untuk penerbitan saham, harus dikeluarkan biaya yang cukup besar.
Selain itu, setelah penerbitan saham perusahaan harus menyisihkan sebagian laba
yang diperoleh tiap periode untuk kepeluan deviden bagi para pemilik saham
biasa.
b.
Laba ditahan
Alternative
lain untuk pembiayaan modal sendiri adalah laba ditahan, yakni bagian laba yang
tidak dibagikan kepada pemegang saham. Dengan menggunakan laba ditahan berarti
perusahaan tidak perlu meminjam uang dan membayar bunga.
3.
Pembiayaan
dengan Obligasi yang dapat Dikonversi (Convertible
Bond)
Convertible
bond
adalah penerbitan obligasi perusahaan yang mengandung pilihan bagi pemegangnya,
sehingga setelah jangka waktu tertentu dan dipenuhinya syarat tertentu dapat
dikonversikan menjadi saham biasa.
Kesimpulan
pemilihan alternative pembiayaan perusahaan
prinsip yang penting dalam pemilihan pembiayaan
perusahaan adalah kecocokan atau matching antara sifat kebutuhan dan jenis
pembiayaan. Kebutuhan investasi jangka pendek harus dipenuhi dengan pembiayaan
jangka pendek. Jadi, investasu untuk persediaan barang, piutang yang bersifat
jangka pendek, sebaiknya dipenuhi oleh utang dagang, utang bank jangka pendek,
dan sebagainya. Sedangkan investasi jangka panjang seperti pembelian tanah,
gedung, mesin-mesin yang sifatnya jangka panjang harus dipenuhi oleh
alternative pembiayaan jangka panjang seperti utang bank jangka panjang,
obligasi, penerbitan saham, maupun pemakaian laba ditahan. Ketidakmampuan
manager keuangan untuk mengelola keseimbangan antara sifat investasi dan
alternative pembiayaan akan berdampak besar pada kelangsungan usaha. Pilihan
terhadap jenis pembiayaan memiliki konsekuensi yang menyangkut biaya,
keterikatan waktu dan penggunaan. Pilihan keseimbangan antara penggunaan utang
dan modal sendiri disebut struktur permodalan. Disinilah peran penting perencanaan
keuangan, karena menyangkut aspek pengeluaran/investasi maupun alternative
pendanaan yang akan digunakan. Dengan perencanaan yang akurat pada kedua sisi
akan dapat dihindari kesalahan dalam pengelolaan keduanya.
2.4.3
Tujuan Perencanaan Keuangan
Secara singkat tujuan
perencanaan keuangan adalah untuk:
1) Menyiapkan pembayaran
setiap kebutuhan hidup Anda
2)
Untuk berjaga jaga terhadap kebutuhan yang muncul secara
mendadak
3) Investasi, Edward Simangunsong dalam (Dini Djohan, Tujuan Perencanaan Keuangan.
2008).
Selain untuk mencapai
tujuan-tujuan keuangan, perencanaan keuangan juga diperlukan untuk mengatasi
hal-hal seperti :
a. Tingginya biaya hidup
saat ini;
b. Naiknya biaya hidup
dari tahun ke tahun;
c. Keadaan perekonomian
yang tidak menentu;
d. Fisik manusia tidak
akan selalu sehat dan
e.
Banyaknya alternatif produk keuangan, Edward Simangunsong dalam (Dini Djohan, Tujuan
Perencanaan Keuangan,
2008).
Daftar Pustaka
Anthon. 2003. Peranan Pengendalian Intern Kas dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan
Kas (Studi Kasus pada PT-X). Bandung: Universitas Widyatama.
Brigham,
Eugene dan Houston, Joel. 2001. Manajemen
Keuangan. Edisi Kedelapan. Buku I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dini Djohan. 2008. Tujuan Perencanaan Keuangan.Jakarta.
Erlina. 2002. Manajemen Keuangan. Sumatera Utara: 2002
digitized by USU digital library.
Husnan,
Suad dan Pudjiastuti, Enny. 1994. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan.Yogyakarta: EKONISIA
Kampus Fakultas UII Yogyakarta
M. Fuad, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Organisasi.Org Komunitas dan Keputusan Online Indonesia. 2008. Definisi /
Pengertian Manajemen Keuangan, Tugas Pokok Dan Tujuan Manajer Keuangan
Perusahaan: Copyright ©
2005-2011 Organisasi.Org.
Sawir,
Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan
dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Weston, Fred, dkk. 1994. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wibowo, Singgih. 2007. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil.
Depok: Penebar Swadaya.
Wiksuana, bagus, dkk. 2001. Manajemen Keuangan. Denpasar: UPT
Penerbit Universitas Udayana.